Ruang praktek bedah - dokter Ramzi SpB | Deep Vein Thrombosis ( DVT ) | Merupakan penyakit pada tungkai bawah akibat sumbatan atau thrombus pada vena dalam . Banyak faktor dapat sebagai faktor yang memperberat kemungkinan munculnya penyakit ini seperti mengadakan perjalanan jauh dengan pesawat atau bus yang mana selama perjalanan tersebut kedua tungkai sulit di gerakkan dan sangat dirasakan di pesawat yang tempat duduknya sempit seperti banyak pesawat di indonesia kelas ekonomi atau low cost sehingga buat menggerakkan pergelangan kaki dan betis saja sulit luar biasa dan lutut kita langsung bersentuhan dengan kursi penumpang di bagian depan. Penyakit berat yg dialami penderita sehingga penderita harus berbaring untuk waktu yang lama . Orang tua yang lama terbaring .Penderita kanker dan post operasi yg berat . Penderita pasang gips dan traksi yg lama . Orang hamil dan paska melahirkan . Orang dengan golongan darah O ternyata secara statistik memiliki kecenderungan lebih besar untuk menderita DVT.
Kejadian DVT di dunia cenderung meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun akibat kemajuan technology yang membuat aktifitas berjalan dan menggerakkan tungkai bawah dan betis semakin berkurang seperti aktifitas di kursi yang nyaman saat bekerja di depan komputer dan dilakukan bejam-jam , mengendarai mobil yang telah menyediakan layanan matic sehingga tidal perlu menekan pedal clos untuk menaik dan menurunkan gigi.
Secara kasat mata dapat kita kenali dan ketahui berupa rasa nyeri dan sering pegal jika melakukan perjalan singkat , kebas dan kesemutan serta bengkak pada betis , permukaan kulit betis cenderung tegang dan licin serta sedikit mengkilat hal ini dapat kita bandingkan dengan sisi sebelahnya. Warna betis dan tungkai bawah bisa berwarna kemerahan dan hangat .
Seperti telah di jelaskan sebelumnya bahwa ,Deep Vein thrombosis merupakan suatu proses pembekuan darah atau sering disebut
thrombosis yang terjadi pada vena dalam . dimana kejadian ini terjadi secara
mendadak setelah penderita melakukan perjalanan yang jauh sampai berjam-jam dan
kaki selalu terjuntai di bawah . Hal ini kerap terjadi pada orang yang
melakukan perjalanan jauh naik pesawat yang tempat duduknya sempit sehingga
kaki sulit di gerakkan atau di geser apalagi untuk mengangkat kaki jelas malu
dan tidak etis buat dilihat oleh penumpang yang lain.
Begitu juga bagi orang yang mengalami sakit yang memerlukan
prosedur rawat inap baik berupa penyakit yang kronis atau pasien yang baru
dilakukan operasi besar sehingga mesti dirawat lama dirumahsakit . Pasien
seperti ini juga berpotensi untuk menderita DVT karena aliran darah yang
melambat akibat rendahnya mobilitas . Dimana pasien akan jarang sekali
menggerakkan anggota badannya terutama
ekstremitas bawah atau tungkai bawah. Akibatnya darah bergerak naik secara
lambat dan penyakit yang muncul karena aliran lambat adalah terbentuknya
gumpalan – gumpalan bekuan darah yang berakhir dengan thrombosis.
Bekuan yang terjadi vena-vena superfisial atau vena luar
akan menyebabkan pelebaran dari vena-vena luar dan sering di sebut dengan
varises dari berbagai tingkatan . Namun masalah yang berat akan mengancam jika
yang mengalami thrombosis adalah vena-vena bagian dalam . Vena dalam di sini
maksudnya adalah vena yang berada di bawah lapisan fascia seperti didalam otot.
Kaki penderita akan mengalami bengkak dan sakit yang hebat secara tiba-tiba.
Kejadian DVT di dunia cenderung meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun akibat kemajuan technology yang membuat aktifitas berjalan dan menggerakkan tungkai bawah dan betis semakin berkurang seperti aktifitas di kursi yang nyaman saat bekerja di depan komputer dan dilakukan bejam-jam , mengendarai mobil yang telah menyediakan layanan matic sehingga tidal perlu menekan pedal clos untuk menaik dan menurunkan gigi.
Secara kasat mata dapat kita kenali dan ketahui berupa rasa nyeri dan sering pegal jika melakukan perjalan singkat , kebas dan kesemutan serta bengkak pada betis , permukaan kulit betis cenderung tegang dan licin serta sedikit mengkilat hal ini dapat kita bandingkan dengan sisi sebelahnya. Warna betis dan tungkai bawah bisa berwarna kemerahan dan hangat .
kulit kaki tegang , merah dan sakit , bengkak dan ada riwayat setelah melakukan perjalanan jauh.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya trombosis pada vena dalam menurut tn rudolf
virchow yang sangat dikenal dengan trias
virchow adalah karena :
1. Aliran darah yang lambat seperti yang sudah disampaikan di
atas baik karena proses rawat inap yang
lama , perjalanan yang jauh , pekerjaan yang statis dan lain-lain sebagai
penyebab aliran darah menjadi lambat , merupakan permasalahan yang mesti di
pikirkan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya DVT.
Faktor-faktor yg ada di dalam darah seperti komponen
pembekuan darah yang berlebihan atau di sebut throbositosis , prosen infeksi
yang berlangsung jangka panjang dimana terjadi peninggian kadar leukosit ,
komponen – komponen darah yang lain , penyakit – penyakit diabetes ,
hiperlipidemia , merokok , hypercholesterolemia dll akan menyebabkan darah
menjadi kental dengan viscositas yang
meningkat . Keadaan ini tentu akan menyebabkan terjadinya trombosis dengan
mudah apalagi jika faktor-faktor pembekuan yang meningkat.
Faktor dinding pembuluh darah juga tidak sedikit menyebabkan
terjadinya DVT , rusaknya intimal dinding
pembuluh darah oleh berbagai
sebab akan menyebabkan faktor pembeku mudah membentuk pembekuan dan aliran
berputar yang sering di sebut suatu aliran turbulensi. Kelainan bentulk pada
katup akan menyebabkan aggregat akan mudah
menempel pada dinding dan selanjutnya membentuk trombus yang secara
cepat akan menutup secara luas diameter lumen pembuluh vena.
ANATOMI
Perlu kita mengetahui
secara anatomis bahwa pembuluh darah terdiri atas arteri , vena dan kelenjar
limfe . DVT adalah proses penyakit yang terjadi pada pembuluh vena yang secara
anatomis terdiri dari 3 lapisan atau tunika yaitu tunika adventitia , tunika muskularis
dan tunika intima. Secara umum dinding pembuluh vena jauh lebih tipis dari pada
dinding pembuluh arteri.
Setiap pembuluh tersebut bekerja menurut sistim sendiri .
Mesti kita pahami mekanisme kerja arteri mengalirkan darah adalah melalui
tekanan oleh otot jantung , dimana melalui perbedaan tekanan tersebut akan
terjadi pergerakan atau aliran darah dari jantung ke sebagai sentral ke arah
pinggir atau perifer di semua organ tubuh.
Pada vena sistem pergerakan aliran darah tentu jelas berbeda
dengan arteri . Disini peranan jantung sudah tidak ada lagi , lalu apa yang
akan menggerakkan darah dari bawah ke atas ?
Aliran ini jelas melawan grafitasi sehingga secara logika jelas akan
menyulitkan kecuali darah yang dari kepala . Secara otomatis tentu aliran dari
kepala akan lancar namun aliran dari kaki jelas sulit untuk naik ke jantung
kembali kecuali kaki ditinggikan atau kaki di tekan dengan alat kompressi.
Aliran darah untuk balik ke atas memerlukan sistim khusus
berupa katup-katup yang terbentuk pada dinding vena dengan jumlah yang
bervariasi. Begitu juga kontraksi otot –
otot yang ada di sekitar sistim vena memiliki keterlibatana secara langsung
untuk memompakan darah vena ke atas terutama otot di daerah betis.
Vena saphena magna memiliki katub kira-kira 15 buah , vena
saphena parfa dengan 8 katup , vena popliteal dengan 2-3 katup , vena femoral
dengan 2-3 katup . vena cava inferior justru tidak memiliki katup. Vena pada
ektremitas bawah dapat di bedakan atas 3 macam yaitu vena superfisial yang
berada di atas fascia yang terdiri atas vena saphena magna . vena saphena parfa
, vena – vena tributaries . kemudian ada vena perforantes yang merupakan
vena-vena penghubung antara vena dalam dan vena luar . dan yang terakhir adalah
vena dalam yang kerap berada berdampingan dengan arteri . Sering vena dalam ini
berpasangan disisi kanan dan kiri arteri.
FAKTOR RESIKO
Usia lebih dari 40 tahun
Penyakit keganasan
Obesitas
Adanya varises
Sejarah DVT pada keluarga
Tindakan bedah lebih dari 30 menit
Kelumpuhan
Obat kontrasepsi
Terapi hormonal
Kehamilan dan post partum
Penyakit berat
Adanya kelainan koagulasi darah
PENATALAKSANAAN
Falsafah pengobatan thrombosis
adalah harus aman dan efektif
Golongan utama obat anti thrombosis:
zat anti trombolitik, anti koagulan dan anti agregasi trombosit
LMWH (low molecular weight heparin)
3 hal yang perlu diperhatikan pada
tatalaksana DVT: pecegahan, pengobatan dan perawatan bedah
Pemberian obat anti koagulan dan
atau terapi trombolitik
Trombosis dirawat sebagai akut bila
permulaan gejala kurang dari 10 hari
Antikoagulan heparin, LMWH dan
warfarin merupakan tatalaksana utama tromboemboli
Terapi tromboemboli vena
PEMBEDAHAN
. Ligasi vena:
mencegah komplikasi emboli paru
. Trombektomi
mengurangi gejala pasca flebitik,
mempertahankan fungsi katup, mencegah terjadinya komplikasi seperti ulkus
stasis pada tungkai bawah dan mencegah terjadinya emboli paru
Femorofemoral graft
by pass vena iliaka serta cabangnya
yang mengalami thrombosis
Saphenopopliteal by pass
Dilakukan bila rekanalisasi pada
thrombus vena femoralis tidak terjadi
DVT PADA KASUS ORTHOPEDI
Pada kasus-kasus orthopaedi seperti penyakit,
trauma, dan terapi bedah atau penggantian sendi panggul
dan sendi lutut banyak
terdapat predisposisi adanya tromboembolisme vena
DVT dikatakan sebagai 90% penyebab
emboli paru
Studi di Pensylvannia pada 1996 pada
126 tungkai yang dilakukan pemeriksaan venografi, sekitar 30%
terdapat thrombus
pada distal lutut yang dilakukan total hip arthroplasty dan terdapat 71% dari
134
ekstremitas yang dilakukan total knee arthroplasty.
Keyword tag : ruang praktek bedah - dokter ramzi spb , mengenal DVT , Tanda - tanda DVT , Apa yang dilakukan jika Anda mengalami DVT , penyebab DVT , penanganan kasus thrombosis vena dalam , penanganan komprehensif thrombosis vena dalam.